Bisakah Juanda menjadi international airport, (2)

Dari aspek pengelolaan parkir dan pengelolaan angkutan umum (taxi dan bis) di bandara, Juanda belum bisa mengekspresikan diri sebagai international airport. Masih ada aspek lain yang juga penting diperhatikan untuk menjadikan Juanda sebagai international airport.

Dari aspek pengelolaan bagasi dan petugas porter, Juanda harus belajar banyak. Pada umumnya bandara internasional, tidak lagi menggunakan jasa porter (pengangkut barang) di terminal. Masalah ini kelihatannya sederhana, tapi ini penting untuk meningkatkan reputasi sebuah bandara. Jasa angkut barang di terminal memang sebuah lapangan kerja bagi sebagian orang, tetapi sebagai bandara internasional, sesungguhnya petugas jasa angkut tidak lagi diperlukan. Lihat saja bandara Singapura, Bangkok, Manila, Shanghai, New Delhi, semua bandara internasional tersebut tidak menggunakan petugas porter di terminal.

Aspek lain yang tidak bisa diabaikan adalah pengelolaan imigrasi. Di Bandara Juanda, masih sering terlihat adanya orang-orang yang bisa “melewati” pos pemeriksaan dengan “pengawalan” oknum petugas sehingga orang-orang tersebut tidak perlu antri dalam pemeriksaan paspor. Ada saja oknum yang bisa membantu mem”bypass” pemeriksaan paspor. Sebaliknya tidak jarang ditemui TKI yang baru pulang dari luar negeri mendapatkan “kesulitan” dan memerlukan “bantuan” oknum petugas. Kondisi ini sudah barang tentu tidak mencerminkan kinerja pengelolaan bandara yang baik.

Beberapa aspek lain adalah akses bagi penyandang cacat. Meski akses bagi penyandang cacat (terutama pengguna kursi roda) tersedia, tetapi lokasinya agak terhalangi. Bandara berkelas menyiapkan fasilitas penyendang cacat yang baik dan ditempatkan di lokasi yang strategis. Selain agar mudah digunakan, hal itu juga mencerminkan kepedulian dan penghargaan kemanusiaan bagi penyandang cacat. Penghargaan kemanusiaan menjadi faktor penting dalam cerminan tingkat pencapaian kehidupan manusia. Saatnya sudah tiba untuk tidak hanya sekedar menyediakan fasilitas, tetapi menyiapkan fasilitas untuk kemanusiaan. Bandara berkelas adalah bandara yang menyediakan fasilitas bagi penghargaan kemanusiaan.

Faktor lain yang juga tidak kalah pentingnya termasuk fasilitas tambahan bagi suatu airport berkelas. Masalah keamanan tentulah hal nomor satu yang tidak boleh diabaikan. Masyarakat kelihatannya sudah semakin terbiasa dengan pemeriksaan berlapis dan persyaratan yang ketat. Tentu semua itu adalah demi keselamatan bersama. Apaboleh buat, kejadian dibelahan dunia lain yang menjadikan bandara sebagai target “empuk” bagi kejahatan terorganisasi menjadikan pengamanan bandara saat ini bertambah mahal. Secara langsung maupun tidak langsung ongkos itu harus dibayar penumpang dan pengelola bandara. Keamanan bandara Juanda memang tersedia, tapi rasanya masih harus ditingkatkan kemampuan tangkalnya.

Fasilitas tambahan yang menarik lainnya tentulah kenyamanan bandara dan fasilitas pendukung. Untuk ini tidak ada salahnya kalau belajar dari bandara kelas dunia seperti Singapore. Terminal Changi Singapore sangat kompak, diusahakan agar antra ruang tunggu dan gate cukup dekat. Bentuknya secara arsitektural memang kurang baik, tapi fungsi bandara di Singapur masuk kelas dunia. Akses internet gratis di Changi tersedia disetiap ruang tunggu, ada yang empat buah komputer ada yang satu buah. Di sekitar ruang transfer juga tersedia sejumlah komputer dengan internet gratis. Bila naik ke lantai atas di sekitar restoran, disana juga tersedia banyak komputer dengan internet gratis. Tentu selain komputer denga internet gratis, disediakan juga wifi, tetapi harus dengan bayar. Bagaimana dengan Juanda, saya belum menemukan fasilitas wifi bayar di Juanda, apalagi yang gratis.

Faktor lain yang sangat penting adalah hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan perusahaan penerbangan. Jangan sampai bandara Juanda menjadi tempat yang “parking fee”nya yang mahal dibanding dengan bandara lain. Fasilitas pengisian avtur, proses administrasi di bandara termasuk di ATC (Air Traffic Controler) tentulah harus juga mencerminkan bandara berkelas. (Untuk yang ini saya tidak tau seperti apa seharusnya). Akan tetapi yang penting, sebagai penyedia jasa, pengelola bandara (PT Angkasa Pura) harusnya punya kiat-kiat jitu supaya airlines internasional bisa “nyaman” di Juanda.

Beberapa waktu yang lalu, flight ke Singapura dilayani oleh SQ dan Garuda. Waktu itu SQ umumnya menggunakan aircraft Boeing atau Airbus berbadan lebar. Sekarang jalur yang semula dilayani SQ dikolaborasikan dengan Silk Air sebanyak 2 flight sehari dengan menggunakan pesawat kecil A-320. Dari “nilai strategis” bandara, pergantian SQ (Pesawat berbadan lebar) ke Silk Air dengan pesawat kecil, sebenarnya ada penurunan. Tetapi dari segi kontinuitas penerbangan, pilihannya menjadi lebih baik, karena ada flight pagi dan ada flight sore setiap hari dari Singapur ke Surabaya.

Pertanyaan apakah Juanda Surabaya bisa menjadi international airport, nampaknya secara umum, Juanda masih harus bertatih-tatih untuk meningkatkan kualitasnya. Kapan status “bertatih-tatih” itu berubah menjadi “berlari”, terpulang kepada pengelola bandara dan stakeholdernya.

One thought on “Bisakah Juanda menjadi international airport, (2)

  1. anothet great post..
    dari sisi akses ke airport seharusnya Pemkab Sidoarjo dan Pemprop Jatim harus juga mendukung Juanda sebagai International Airport. Rencana bahkan pembangunan jalan sudah dan sedang dilaksanakan..(cuman selesainya mungkin nanti pada saat akan pemilu Bupati/Gubernur nati.. hi..hi..)
    Nampaknya Pemkab Sidoarjo dan Pemprop Jatim jadi ikut-ikutan “tertatih-tatih” dalam pelayanan kepada masyarakat.
    Hal ini berpulang pada masyarakat selaku “stakeholder” kedepan apabila ingin kota/kabupaten/propinsinya ingin berkembang maju untuk tidak memilih kembali Calon Walikota/Bupati/Gubernur yang hanya sebagai “Bakul Kecap”

    Like

Leave a comment