Menjadi 100 persen birokrat dan 100 persen seniman

Seorang birokrat yang punya prestasi sudah sering ditemui. Begitu juga seniman yang bagus banyak dimana-mana. Kalau keduanya digabung dalam satu orang, ya birokrat handal, ya seniman apik, itu baru jarang. Salah satunya, ya teman, sobat saya Lukman Hakim. Di karirnya yang sedang menanjak sebagai birokrat, karya-karya lukisannya juga menjadi sesuatu yang lain. Kamis malam 6 Maret Lukman mengadakan pameran tunggal di Balai Pemuda Surabaya.

Saya mendapat sms dari Lukman dua hari sebelum pembukaan yang mengatakan kalau dia akan pameran lukisan tunggal di Surabaya, dan dia minta saya hadir pada acara pembukaan pameran itu. Tentu saja dengan senang hati saya mengiyakan untuk hadir.Tapi saya bertanya-tanya dalam hati, sejak kapan Lukman melukis hingga sudah sampai pameran tunggal. Setahu saya dia memang senang seni, tapi selama yang saya kenal sejak mahasiswa, seni yang dilakoni adalah puisi dan teater. Tapi kali ini dia pameran tunggal, yang diberi tema Lukisan Puisi.
Tanpa diduga, pembawa acara pembukaan meminta saya untuk memberi kesan sambutan pada pembukaan pameran Lukman malam itu. Dengan seadanya saya sampaikan bahwa sejak lama saya mengenal Lukman Hakim, saya sudah melihat bakat seninya. Hal itu juga dibenarkan istri saya yang justru lebih dulu mengenal Lukman semasa SMA karena mereka bertetangga di Jakarta. Kalau dalam pembukaan Lukman bercerita bahwa Menteri Negera Perumahan mengatakan bahwa Lukman 100 persen birokrat dan 100 persen seniman, maka saya menambahkan bahwa sebenarnya Lukman juga adalah seorang santri. Semasa kecilnya Lukman dibesarkan di lingkungan pesantren di Gresik. Maka saya mengatakan kalau hasil lukisannya pastilah perpaduan antara santri, birokrat dan puisi yang dituangkan dalam lukisan.

Benar saja, setelah berkeliling melihat lukisan-lukisan yang dipamerkan, saya bisa menangkap perpaduan antara puisi, birokrasi, dan religi dalam lukisan-lukisannya. Sejujurnya saya belum bisa menikmati lukisan seperti yang dibuat oleh Lukman. Indra keenam saya terlalu tumpul, sehingga tidak mampu menghayati pesan-pesan yang disampaikan oleh lukisan seperti itu. Pameran tunggal Lukisan Puisi Lukman, dilengkapi buku dengan judul yang sama yang menceritakan apa itu Lukisan Puisi. Nampaknya belum ada yang melakukan eksperimen untuk mengeksplorasi Lukisan Puisi. Karena itulah Lukman melengkapi sejumlah referensi tentang Lukisan Puisi, mulai sejak terbentuknya huruf dan gambar di jaman Mesir kuno, di jaman Cina kuno hingga sekarang. Bukunya ditulis dalam dua bahasa untuk memenuhi kebutuhan penikmat internasional. Karya-karya Lukman juga bisa diapresiasi di www.lukmansh-art.com

Pameran tunggal Lukman Hakim di Surabaya, adalah pamerannya yang kedua tahun ini, setelah bulan Februari 2008 lalu berpameran di Jakarta dan dibuka oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat Moh. Yusuf Asy’ari. Pada pembukaan itulah Menteri Perumahan Rakyat menyatakan kalau Lukman adalah 100 persen birokrat dan 100 persen seniman. Sobat saya Lukman, adalah salah satu Asisten Deputy pada Kementerian Negara Perumahan Rakyat. Saya mengenal Lukman sejak kami sama-sama satu jurusan di ITB, kemudian tanpa saling mengetahui sebelumnya, kamipun sama sama memulai karir ditempat yang sama di Departemen PU di Jakarta.

Congratz Lukman.

2 thoughts on “Menjadi 100 persen birokrat dan 100 persen seniman

Leave a comment