International workshop on community based solid waste management, di Surabaya.

Surabaya kembali menjadi tuan rumah kegiatan internasional yang disponsori oleh IGES dan UNESCAP. International Workshop on Community Based Solid Waste Management and Supporting National Policies dilaksanakan di Surabaya 27 -28 Agustus 2008. Acara yang diikuti oleh kota-kota di Asia antara lain Sibu (Malaysia), Bangkok, Dhakka, Bangladesh, Makati, San Fernando dan Puerto Princesa dari Philipina. Ada 2 orang walikota yang hadir, yaitu Walikota Sibu dan Walikota San Fernando. Selain dari luar negeri, workshop juga dihadiri peserta dari kota Bogor, Semarang, Banjarmasin. Yogyakarta, Tegal, Blitar, Balikpapan, dan Makasar. Lembaga lain yang juga ikut antara lain, KLH Jakarta, Departemen PU, Bappenas, PKK Surabaya, Pusdakota, dan beberapa lembaga non pemerintah, serta perwakilan Kader Lingkungan kota Surabaya. Kota Surabaya dipilih menjadi host workshop tersebut, karena dinilai berhasil dalam melaksanakan pengelolaan sampah berbasis komunitas.

Para peserta workshop mendapatkan penjelasan dari berbagai pakar mengenai pengelolaan sampah, dan juga melakukan kunjungan lapangan ke lokasi-lokasi perkampungan dimana pengelolaan sampah berbasis komunitas sudah dilakukan. Lokasi kampung yang ditinjau antara lain adalah Gundih, yang pernah menjadi kampung terbaik dalam Surabaya Green Clean Award, dan rumah kompos Sonokewijenan. Selain itu para peserta juga meninjau beberapa tempat di Surabaya seperti SD Katolik Santa Theresia, Museum dan melakukan penanaman pohon di Taman Tekno Bratang.

Dr. Masakazu Ichimura, dari UNESCAP, dalam sambutannya mengatakan bahwa pengelolaan sampah berbasis komunitas adalah salah satu pendekatan environmental co-benefit program yang banyak dilakukan di berbagai negara. Meski UNESCAP adalah lembaga yang memfokuskan diri pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memberikan perhatian yang tinggi pada masalah-masalah lingkungan. Karena itu UNESCAP saat ini mempromosikan “Green Growth“, sebagai konsep dan pendekatan pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan. Dengan pendekatan green growth, pembangunan sejak awal sudah dirancang dan dilaksanakan dengan konsep-konsep kelestarian lingkungan hidup.

Surabaya, menurut Dr. Ichimura, mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan program co-benefit dibidang lingkungan. Pengelolaan sampah berbasis komunitas dengan komposting, selain mengurangi volume sampah yang harus diolah di TPA, tetapi juga mempunyai kontribusi langsung terhadap penurunan emisi gas rumah kaca. Benefit lain, yang diperoleh adalah nilai ekonomis dari sampah yang masih bisa dimanfaatkan melalui kegiatan daur ulang. Dan salah satu mnfaat sosiologis yang diperoleh adalah, peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Peran serta msyarakat tersebut, merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan tidak hanya dalam pengelolaan lingkungan, tetapi dalam pembangunan perkotaan secara keseluruhan. Dengan setidaknya ada 4 benefit dari program pengelolaan sampah berbasis komunitas, konsep co-benefit dilaksankan dengan baik di Surabaya.

Momentum yang dimiliki Surabaya sekarang ini harus terus ditingkatkan, dan mencari inovasi-inovasi baru, untuk menghindari kejenuhan para kader lingkungan. Kalau momentum partisipasi kader lingkungan tidak ditingkatkan, maka bukan tidak mungkin ada kejenuhan pada para kader lingkungan Surabaya. Jangan sampai semangat para kader lingkungan menjai menurun karena merasa tidak mempunyai tantangan lagi. Menjadi tugas para manajer kota untuk mencari inovasi baru dalam pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis komunitas. Program itu harus diperluas menjadi pengelolaan LINGKUNGAN berbasis komunitas. Ini akan menjadi modal besar unuk melaksanakan BIOKRASI, yaitu “masyarakat hijau“. Semoga

6 thoughts on “International workshop on community based solid waste management, di Surabaya.

  1. Bang togar, saya pengin menimba ilmu mengenai kampung bersih, bisa tolong dibagi alamat kontak number kampung percontohan yang bisa dikunjungi. Saya ingin lingkungan tempat saya punya sesuatu yang bermanfaat buat lingkungan sendiri dan kota surabaya, tkasih

    salam

    Like

  2. Setuju bung Togar, kita memang harus punya roadmap menuju Green Surabaya. Kita bisa belajar dari negara lain semisal Korea dengan ‘Green Korea’nya atau yang sekarang menjadi ‘ecorea’, dimana rencana pengelolaan lingkungan dalam 5-10 tahun sudah menjadi komitmen stakeholder. Institusi, regulasi dan kampanye harus disiapkan secara lebih holistik. Sukses selalu ,salam Green n Clean.

    Like

  3. Pak Kepala Diknas siap-siap yaa. Kan sudah ada mekanisme lomba UKS, tinggal diperluas cakupannya. Sudah ada beberapa sekolah yang didampingi LSM Lingkungan dan hasilnya membanggakan. Sudah ada pilot project. Internalisasi nilai-nilai dan gerakan cinta lingkungan harus dilakukan sejak din, sejak di sekolah. Apalagi anak-anak yang sedang tumbuh butuh lingkungan yang mendukung. Kampung-kampung di Sby kan sudah hijau dan asri. Warganya bahagia bisa menghirup oksigen lebih banyak yang bisa membantu menjernihkan pikiran di tengah himpitan ekonomi. Sekolahnya juga harus seiring, lingkungan sekolah juga harus diciptakan hijau, segar, bersih dan menyenangkan untuk belajar.
    Semua sudah siap mendukung…tingal kebijakan Pak Kepala Dinas Pendidikan.

    Like

  4. Setuju Bu Widya, saya sudah ngobrol dengan mba Nunuk, Pak Dayat. Kayaknya kita harus bikin perencanaan yang lebih sistematis. Ada program SGC yang berkelanjutan dengan melibatkan banyak pihak. Lingkupnya diperluas dan dirancang lebih lengkap.

    Idealnya ada semacam rencana program SGC untuk 3-5 tahun yad. termasuk seperti kader cilik yang ibu sebut. Saya kira tidak bisa lagi sekedar dilakukan secara parsial dan insidentil. Saya ajak mbak Nunuk untuk ketemu ngobrolin hal itu setelah lebaran. Masukan dari Bu Widya sangat kita butuhkan.

    Like

  5. Bang Togar,kayaknya untuk menghindari kejenuhan dan stag kader lingk hrs diperluas kader lingk.cilik,krn mereka kedepan yg akan menikmati kota sby yg bersih dan hijau.Peran Diknas hrs didorong kalau SDK St.Theresia bisa sekolah2 lain hrs bisa.Green n Clean tahun depan hrs melibatkan aktif kader lingk.cilik ini tantangan untuk kader2 dewasa.jadi kita kader lingk.tua kelak bisa meninggalkan dunia dg tenang….ok?

    salam,
    widya

    Like

  6. Bang Togar,kayaknya kita harus segera membentuk kader lungkungan cilik.Supaya gak jenuh dan berhenti di kader2 dewasa aja.Karena anak2 yang bakal menempati bumi kita dimasa y.a.d.
    Peran Diknas sangat dibutuhkan seandainya semua sekolah di Sby bisa spt SDK St.Theresia,pasti keberlanjutan program sampah mandiri dengan tehnologi apapun akan lebih bermanfaat kedepan kalau peduli lingkungan sudah tertanam sejak kecil.

    salam,
    widya

    Like

Leave a comment