Obama, dream comes true dan demokrasi Indonesia

Beberapa jam lagi setelah postingan ini published, Barack Hussein Obama, imigran keturunan Kenya, akan dilantik menjadi Presiden Amerika yang ke 44. Sejarah baru Amerika dimulai, seorang Afro-Amerika, yang pernah tinggal di Indonesia, sukses luar biasa memenangi pemilihan Presiden Amerika. Meski Amerika sedang dilanda krisis keuangan yang terbesar, pesta inagurasi Presiden Obama akan dilakukan secara meriah. Sebagaimana dilaporkan berbagai media, pelantikan Obama, akan menjadi pelantikan paling akbar yang pernah dilakukan Amerika.

Entah karena Obama pernah tinggal di Indonesia, beberapa stasiun televisi Indonesia akan menayangkan acara pelantikan Obama secara live. Ini juga menjadi sejarah baru bagi dunia media dan informasi di Indonesia. Hari-hari ini, sejumlah kelompok di Indonesia demo menentang Amerika, bahkan ada yang sampai anarkis merusak properti restoran cepat saji yang nyata-nyata milik orang Indonesia. Akan tetapi sejumlah stasiun televisi seolah tak terusik dengan demo anti Amerika di Indonesia. Pelantikan Obama rupanya lebih menarik ketimbang demo anti Amerika.

Kemenangan Obama menjadi Presiden Amerika sudah menjadi fenomena tersendiri. Pertarungan panjang yang dilakoni Obama, berhasil ia menangkan sampai menjadi Presiden. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa seorang yang dinilai mempunyai latar belakang kontroversial seperti Obama, bisa menjadi Presiden di Amerika. Ia berasal dari keluarga “orang kebanyakan” yang tidak memiliki keistimewaan apa-apa. Ia bukan dari “trah” unggulan, keluarga orang tuanya juga punya cerita yang tidak sempurna. Pendek kata, Obama adalah orang biasa. Tapi ia berhasil mencapai puncak tertinggi di kekuasaan Amerika. From zero to hero.

Perjalanan Obama menjadi orang nomor satu di Amerika, menjadi contoh pamungkas yang selalu diajarkan kepada anak-anak Amerika. Sejak kecil anak-anak Amerika biasanya dinasehati dengan kalimat.

“Make a dream, work for your dream, and your dream will come true”.

Orang Amerika seolah mengajarkan kepada anaknya bahwa tak ada yang tak mungkin dilakukan di Amerika. Hal ini selalu diceritakan untuk menginspirasi orang. Dalam kondisi Indonesia, kesamaanya mungkin adalah: “Gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang di langit”.

Dari sisi demokrasi, keberhasilan Obama adalah contoh yang sebenarnya. Seorang minoritas yang berasal dari orang biasa, bisa menang karena demokrasi.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?. Secara normatif, sistim demokrasi Indonesia tak membedakan asal usul. Siapa saja boleh menjadi pemimpin.

Lain normatif, lain pula fakta demokrasi kita. Tersurat, bahwa siapa saja boleh menjadi Presiden Indonesia. Tapi tersirat, Presiden Indonesia haruslah Islam dan Jawa. Itulah yang ada hingga kini. Mau menentang arus, risikonya adalah dikerjai di tengah jalan. Ibarat (maaf) kentut, ini bisa dicium, tapi tak bisa diraba keberadaanya. Bahkan untuk menjadi pemimpin di tingkat yang lebih rendahpun, fenomena itu masih ada.

Kita masih harus belajar panjang untuk berdemokrasi. Mudah-mudahan kita bisa memetik hikmah dari keberhasilan Obama.

4 thoughts on “Obama, dream comes true dan demokrasi Indonesia

  1. Beritanya di besar-besarkan.. Indonesia aja terlalu sibuk ngurusin Luar Negri.. Perang di Gaza .. yg paling sibuk Indonesia.. sampai mau di jalanan minta minta demi negara lain padahal dia sendiri nggak makan… lucu… nggak nyadar

    Like

  2. Pepatah “Gantungkanlah cita2mu setinggi bintang dilangit” sdh perlu diganti dgn pepatah/nasehat USA itu karena “Gantungkanlah…” akhirnya semua serba tergantung jarang ada yg tuntas!

    Like

  3. Pilpres AS antara Obama-Biden v McCain-Palin sptnya dimulai bersamaan dengan pilgub Jatim Karsa v Kaji, yakni 4 November lalu. Sementara putaran pertama pilgub Jatim pada 23 Juli. Ketika Obama-Biden dilantik, Karsa vs Kaji masih bertarung di babak III di Madura. Ternyata jalan menuju Grahadi ternyata lebih panjang dibanding jalan ke Gedung Putih

    Like

  4. Enggak tanggung-tanggung, 10 (sepuluh) stasiun TV Indonesia, TVRI, RCTI, SCTV, Indosiar, TPI, Global TV, TVOne, TransTV, Trans7 dan Metro TV merelay siaran langsung pelantikan Obama. Ada yang cuma merelay saat pelantikan dan pidato pertama Obama sebagai Presiden, tapi ada yang siaran langsung sampai berjam-jam.

    Ada apa Obama dan Indonesia, ada apa dengan TV Indonesia. Secara implisit, penayangan yang demikian besar artinya mengagumi Amerika.
    Berlawanan sekali dengan berita yang selalu ditayangkan TV tentang demo anti-Amerika beberapa hari lalu.

    Bisakah Indonesia mengambil hikmah demokrasi dari perjalanan Obama. Wallahualam.

    Like

Leave a comment