Tut..tut…tuuuutt, naik kereta api.

kereta-api-progoBeberapa waktu lalu saya naik kereta api siang hari dari Jakarta ke Surabaya. Sepanjang perjalanan yang kurang lebih 11 jam itu, saya bisa melihat banyak hal, pemandangan di kiri-dan kanan rel kereta. Sesungguhnya pemandangan sepanjang rel kereta api seperti itu sudah hal yang biasa, tapi toh saya merasa takjub melihat hamparan sawah, ladang bawang merah, deretan bukit dan lembah, dan tentu saja rumah berhimpitan di kawasan perkotaan. Tetapi ada yang baru dan menyegarkan yang bisa diperhatikan di sela-sela perjalanan. Semua stasiun yang dilewati kereta api, sekarang terlihat lebih rapi, dan lebih bersih dan lebih tertib.

Bagi mereka yang berangkat dari stasiun Gambir, penampilan stasiun sekarang ini tidak terlalu berbeda dengan kondisi sekitar 3 tahun lalu. Tapi bagi penumpang yang sering mampir di stasiun Semarang, Cirebon atau bahkan stasiun lainnya bisa melihat penampilan baru kawasan stasiun. Kalau dulu ketika memasuki kawasan stasiun kereta api, kita akan menemukan kesemerawutan “bangunan tambahan” di stasiun seperti gerobak berjualan, kios-kios yang berjejalan, pedagang asongan yang menjajakan beraneka ragam, mulai dari koran, makanan, minuman bahkan souvenir dan macam-macam lagi.

Barangkali sudah belasan tahun penampilan stasiun kereta api di Indonesia (p. Jawa) selalu sama, bahkan cenderung menurun kualitasnya. Calo bergentayangan, pedagang mondar mandir menajajakan dagangan. Sedemikian lamanya kondisi itu berlangsung, seolah kehadiran pedagang asongan di dalam kereta bukan menjadi masalah. Sesungguhnya kondisi semrawut seperti itu adalah cermin dari pengelolaan yang buruk. Manajemen baru kereta api sekarang ini sudah berubah. Yang terlihat secara fisik di lapangan adalah tertibnya penumpang di stasiun. Saya yakin banyak perubahan yang sedang terjadi pada pengelelolaan kereta api indonesia.

Sekarang masih bisa dilihat sisa-sisa “bangunan tambahan” yang baru dirobohkan, ada yang ditanami berbagai pohon. Tidak ada lagi pedagang asongan berkeliaran. Kalau kita ingin beli minuman atau makanan, harus ke restoran yang ada di dalam stasiun. Secara umum kondisi stasiun kereta api sekarang ini lebih tertib. Memang agak disayangkan bahwa pedagang asongan harus tersingkir, pedagang kecil dengan kios sederhana harus keluar dari stasiun. Orang-orang yang mencari sesuap nasi di stasiun ini harus minggir dan mencari kerja dan kegiatan di tempat lain.

Pembenahan stasiun kereta api hanyalah salah satu dari keseluruhan perubahan yang dilakukan oleh pengelola keretapi. Dalam dua tahun terakhir, manajemen kereta api melakukan perubahan yang sangat mendasar, tentu tujuannya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keretaapi sekaligus menyehatkan perusahaan.  Dengan begitu kondisi perkeretaapian Indonesia bisa lebih bermartabat.

Saya masih berharap manajemen Kereta Api terus meningkatkan kualitas pelayanan. Satu hal yang masih luput dari perhatian manajemen kereta api yaitu tentang toilet di kereta api. Sampai hari ini toilet di kereta api masih membuang BAB dan limbah di sepanjang rel kereta api. Ulasan saya selengkapnya ada di “Kereta Api Surabaya- Jakarta: Toilet Terpanjang di Dunia”.  Semoga manajemen kereta api bisa menangani masalah ini.

Leave a comment