Persoalan Sanitasi Tidak Dianggap Penting

Kompas, Rabu, 23 januari 2008 |
Jakarta, Kompas – Persoalan air dan sanitasi di Indonesia ternyata tidak dianggap penting. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya perhatian terhadap sanitasi dalam rencana kerja pemerintah. Karena itu, untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Milenium atau MDGs 2015, Indonesia harus berupaya lebih keras lagi memperbaiki sanitasi.

”Urusan sanitasi ini, kalau tidak ada ujung tombaknya, akan tetap jalan di tempat,” kata mantan Duta Besar MDGs untuk PBB di Indonesia Erna Witoelar pada diskusi di Jakarta, Selasa (22/1). Diskusi ini berkaitan dengan Tahun Sanitasi Internasional 2008.

Pada diskusi yang diselenggarakan Environmental Services Program-USAID, kemarin, tampil sebagai pembicara selain Erna Witoelar adalah Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas Budi Hidayat, Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Budi Yuwono, dan anggota Komisi VII DPR, Tjatur Sapto Edi. Diskusi dimoderatori wartawan Kompas, Maria Hartiningsih.

Menurut Tjatur Sapto Edi, jika saja urusan sanitasi menjadi prioritas dalam rencana kerja pemerintah, DPR akan memperjuangkan hal tersebut di panitia anggaran.

Budi Yuwono mengutip data Bappenas 2005, Indonesia menduduki posisi keenam di Asia Tenggara dalam soal sanitasi. Dari 206 juta penduduk Indonesia tahun 2005, baru 55,43 persen yang terlayani fasilitas sanitasi. Sementara Singapura sudah 100 persen, Thailand 96 persen, Filipina 83,06 persen, Malaysia 74,70 persen, Myanmar 64,48 persen, baru disusul Indonesia.

Budi Hidayat menyatakan, lebih dari enam juta ton tinja per tahun di Indonesia, hanya 70 persen yang bisa ditampung dan diolah dengan benar, sedangkan yang 30 persen (1,8 juta ton/tahun) tidak diolah secara baik.

”Dari 100.000 kematian anak balita di Indonesia per tahun, yang meninggal karena diare sebanyak 31.200 anak. Ini berkaitan dengan sanitasi,” katanya. (LOK)

Sumber : Kompas

One thought on “Persoalan Sanitasi Tidak Dianggap Penting

  1. Ironis memang, ditingkat nasional saja perhatian Pemerintah sangat rendah. Pembicara seminar itu sudah lengkap, Dirjen Cipta karya, Bappenas, dan Anggota DPR, merekalah yang paling bertanggung jawab kenapa sanitasi tidak menjadi program yang penting.

    Apa yang saya tulis dalam beberapa posting sebelumnya dibuktikan dengan hasil diskusi diatas.

    Data yang dikutip oleh Dirjen Cipta karya itupun perlu dicermati lebih dalam. Penduduk yang terlayani sanitasi sebesar 55,43 persen itu adalah pengguna septik tank. Septik Tank bukan fasilitas sanitasi yang memadai. Sementara Singapura yang terlayani 100%, adalah dengan sistim perpipaan. Jadi, angka persentase pelayanan sanitasi Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan angka pelayanan Singapura.

    Like

Leave a comment