Orang katrok masuk Jakarta…

Saya pernah tinggal dan bekerja di Jakarta selama beberapa tahun sebelum menetap di Surabaya sekarang ini. Selama tinggal di Surabaya, saya masih ‘agak sering’ ke Jakarta untuk urusan dinas dan urusan keluarga. Tapi beberapa bulan tidak ke Jakarta, membuat saya merasa benar-benar sebagai orang katrok ( kampungan) ketika ke Jakarta lagi.

Kejadian hari Selasa kemarin, benar-benar membuat saya merasa sebagai “ orang udik” di Jakarta. Perkembangan Jakarta memang pesat, termasuk dalam kemacetan.

macet jakartaLalu lintas dan macetnya Jakarta memang tidak bisa diperkirakan. Saya selalu mengatakan kepada diri sendiri bahwa Jakarta sangat macet, jadi siapkan waktu tempuh perjalanan yang cukup supaya tidak terlambat sampai di tujuan. Saya sangat merasa bersalah, kalau terlambat di sebuah tujuan atau acara, dan akhirnya tidak bisa tenang bekerja atau ikut kegiatan kalau sudah terlambat.

Karena jadwal penerbangan saya kembali ke Surabaya jam 18, maka saya memutuskan setidaknya jam 15 saya sudah harus berangkat dari Senayan menuju bandara Cengkareng. Sebenarnya acara tanya jawab dan diskusi belum selesai, tapi tidak lama setelah saya selesai presentasi, tepat jam 14.50 saya pamitan untuk duluan pulang. Saya bergegas turun ke lantai bawah gedung Sentral Senayan II, tiba-tiba muncul keinginan untuk pii. Jadi saya terpaksa mampir ke Sogo di Plaza Senayan, yang bersebelahan dengan Sentral Senayan, untuk melepaskan tekanan yang sudah cukup kuat.

Begitu keluar dari pintu Sogo, tepat jam 15.00 saya langsung menghampiri taksi yang parkir menunggu penumpang. Tanpa memperhatikan keadaan sekitar saya langsung masuk taksi. Begitu menutup pintu taksi, sang supir lalu menghidupkan argo. Baru bergerak sekitar 15 meter taksi berhenti, macet, antri dengan kendaraan lain yang sama-sama akan keluar dari kompleks Plaza Senayan ke Jl. Asia Afrika. Minta ampun, belum keluar ke jalan raya sudah macet.

Saya sudah kadung masuk taksi, mau tidak mau harus nunggu. Kemacetan begitu ruwet sehingga untuk mencapai bundaran Senayan, sampai 20 menit. Jarak yang hanya kurang dari 400 meter harus ditempuh selama itu. Keterlaluan. Kalau saja saya jalan kaki dari Sogo ke Bundaran Senayan, paling butuh waktu 10 menit, saya sudah bisa dapat taksi dan meluncur ke Cengkareng. Itulah karena sebelum masuk taksi saya kurang memperhatikan keadaan sekitar. Merasa yakin bahwa naik taksi akan lebih cepat, saya buru-buru aja masuk taksi di depan Sogo, tanpa memperhatikan kalau jalan didepannya sudah macet luar biasa.
Ini namanya benar-benar katrok... kampungan.

Katroknya saya lebih parah lagi ketika menuju Gedung Sentral Senayan pagi harinya. Setelah selesai sarapan, saya naik lagi ke kamar untuk berkemas-kemas akan berangkat ke kantor JICA. Dalam undangan disebut alamatnya di Gedung Sentral Senayan, Jl. Asia Afrika. Dalam pemikiran saya, kemungkinan besar gedung itu adalah gedung baru di sekitaran studio TVRI.

Sejak sarapan saya sudah mulai berpikir, apakah kesana pakai taksi atau jalan kaki. Karena dalam bayangan saya, lokasinya di sekitar studio TVRI, saya pikir jaraknya mungkin hampir 1 km dari hotel. Di Jakarta jalan kaki sejauh itu akan membuat kita basah kuyup keringatan sampai di tempat tujuan. Dan saya tidak mau kelihatan kusut, dan keringatan, apalagi akan presentasi. Karena itu saya pikir saya akan pakai taksi saja.

Begitu selesai check-out dari hotel Century, dengan yakin saya panggil taksi yang memang stand-by di sana. Tanpa ba-bi-bu, saya masuk taksi, dan supir menghidupkan argo meter. Setelah taksi berjalan, kemudian pak supir berkata:
“Selamat pagi pak, mau kemana tujuan kita”.
“Dekat saja, ke Gedung Sentral Senayan di Jl. Asia Afrika”.
“Lho gedung itu kan dibelakang hotel ini pak”
“Haah.., bukannya didekat TVRI ?.
“Bukan pak”.
“Ya, sudahlah, bawa saja saya kesana”.

Saya benar-benar malu sekali. Pak supir membawa mobil memutar menuju gedung Sentral Senayan yang berada di belakang Hotel Century. Ketika saya turun dari taksi, argo meter belum bergerak dari angka 6.000.
Saya benar-benar katrookk puool… alias kampungan fuuulllll…….

4 thoughts on “Orang katrok masuk Jakarta…

  1. Hehehe… Jakarta yang melelahkan ya, pak..
    Tapi kalau sampai nggak tahu gedung yang dituju ada dibelakang hotel, kayaknya kebangetan..

    Thanks ya pak, sudah mampir di blogku 🙂

    Like

  2. Horas Lae,masih ingat sama kita kan…
    Boasa gabe songoni Jakarta………,untabo do di Surabaya ate….

    Like

Leave a comment