Bahasa Bunga

“Katakanlah dengan bunga”, begitu ungkapan yang sering diucapkan manakala ingin mengatakan sesuatu tidak mudah secara verbal. Ya, sering orang tidak dapat atau tidak mampu mengutarakan maksudnya secara langsung dengan kata-kata. Kondisi itu bisa karena kehabisan atau tak mampu bicara kata-kata, atau juga karena ada hambatan-hambatan lain. Maka agar maksud bisa tercapai, salah satu cara untuk menyampaikan perasaan dilakukan melalui pemberian bunga. Setangkai bunga bisa mewakili seluruh perasaaan seseorang untuk menyatakan kegembiraan atau bahkan sebaliknya sebagai ekspresi curahan kesedihan yang mendalam.

Sekuntum mawar yang diberikan kepada kekasih bisa membuat perasaan seseorang membuncah dan melambung ke angkasa, bahagia dan gembira luar biasa menerima bunga dari orang yang tercinta. Ungkapan perasaan yang sulit dilukiskan, dunia menjadi sangat indah, penuh keceriaan dan optimisme. Ada energi positif yang dibawa oleh setangkai bunga mawar.

Kalau saya mendapatkan sebuah karangan bunga besar disertai rangkaian kata cinta, terimakasih, dan doa pengharapan, saya pasti akan merasa luar biasa tersanjung dengan sejuta rasa bahagia. Saya akan melompat-lompat kegirangan dan menceritakan kepada semua orang betapa bahagianya saya mendapat karangan bunga besar ungkapan rasa cinta yang mendalam. Saya mungkin akan sulit tidur selama beberapa hari karena rasa gembira yang tak terkira.

Saya tidak bisa membayangkan dan menduga-duga bagaimana perasaan Ahok Basuki Tjahaya Purnama mendapatkan lebih dari 7.000, ya tujuh ribu, karangan bunga tanda simpati, ucapan terimakasih, doa serta pengharapan kepada Ahok. Seperti apa perasaan Ahok dan Djarot menerima ungkapan bunga yang sedahsyat itu. Sangat sulit membayangkannya. Luar biasa, awesome,  fenomenal, dan sejuta kata spektakuler mungkin tidak bisa mewakili perasaan Ahok dan Djarot. Saya coba mereka-reka perasaan mereka, tapi saya tak mampu, saya tidak sanggup.

Apakah Ahok dan Djarot akan jumawa, merasa orang yang sangat luar biasa menerima begitu besar perhatian dari masyarakat? Apakah bunga itu akan mengubah pandangan hidupnya? Kalau saya pada posisi Ahok, saya mungkin akan mabuk pujian, terlena dengan sanjungan sampai lupa diri. Entahlah, apa yang terjadi dengan kedua orang itu, saya tak mau berandai-andai. Biarlah perasaan mereka hanya menjadi milik pribadi mereka saja dengan keluarganya. Itu hak privat yang tak boleh diusik oleh siapapun.

Tapi itulah bahasa bunga yang luar biasa.

 

Leave a comment