Sehari Yang Keren Awesome di Hakone.

Beberapa minggu sebelum berangkat ke Jepang, saya sudah merencanakan akan jalan-jalan ke Hakone. Kenapa Hakone menjadi pilihan, karena dari Tokyo bisa dijangkau dalam sehari. Pencarian informasi tentang Hakone pun dilakukan, berbagai website di internet saya jelajahi, dan Pak Google memang luar biasa sekali membantu.

Ada banyak sekali obyek yang bisa dikunjungi di sekitar Hakone. Mulai dari obyek wisata alam, obyek budaya, obyek religi, dan obyek ilmu pengetahuan. Tentu saja dilengkapi berbagai ragam souvenir dan kuliner, dan jangan lupa, moda transportasi menuju dan dari Hakone juga merupakan obyek cukup menarik untuk dicoba.

Yang pertama-tama harus ditentukan adalah pilihan transportasi apa menuju Hakone dari Tokyo. Apakah transportasi cepat atau yang biasa. Di Jepang tersedia banyak pilihan, kalau mau cepat, dari stasiun sentral Tokyo bisa menggunakan super cepat Shinkansen, tetapi harus nyambung lagi dengan kereta lokal. Kalau kita banyak waktu dan sekaligus berhemat, bisa pilih kereta ekonomi yang berhenti di setiap stasiun. Atau bisa juga kombinasi dari express train dengan kereta lokal, atau memilih Odakyu Romance Car. Saya ingin mencoba bermacam-macam jenis moda transportasi. Saya akan pergi berdua dengan anak saya Daniel. Untuk menuju Hakone saya pilih Odakyu Romance Car, dari stasiun Shinjuku, Tokyo, dan pulangnya menggunakan express train. Kenapa pilih moda ini, nanti saya jelaskan di bawah.

Kami berdua sudah sengaja memilih hotel di kawasan Shinjuku, dengan tujuan supaya menghemat waktu ke stasiun. Cuaca Tokyo pagi itu masih terasa dingin, dengan temperatur berkisar 12 sampai 17 derajat celcius. Pagi hari setelah menyantap sarapan sejenis mi kuah dan onigiri, kami bergegas ke Shinjuku. Kami turun ke stasiun bawah tanah terdekat yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari pintu hotel. Dari stasiun di depan hotel ke stasiun Shinjuku, hanya satu perhentian. Stasiun Shinjuku sangat besar, apalagi di pagi hari itu suasana benar-benar sangat crowded. Seperti biasa di Jepang, semua orang bergegas, setengah berlari menuju tujuan masing-masing.

Kereta menuju Hakone, berada di platform Odakyu Line, di suasana pagi yang sangat ramai kita harus mencari signage, papan petunjuk yang mengarah ke platform Odakyu Line. Kami berdua harus celingak-celinguk mencari papan penunjuk Odakyu Line. Akhirnya sampai juga ke counter pembelian tiket terletak di bagian sebelum masuk platform. Kami membeli paket Hakone Free Pass yang sebenarnya berlaku untuk 2 hari menggunakan semua moda transportasi di Hakone. Tetapi kami hanya akan menggunakannya dalam sehari. Paket Hakone Free Pass lebih murah ketimbang harus membeli tiket satu persatu. Sebagai tambahan, saya juga penasaran seperti apa rasanya naik Odakyu Romance Car. Soalnya namanya seolah menjanjikan suasana yang sangat sesuatu. Karena itu kami beli juga tiket Odakyu Romance Car.

Dengan berbekal tiket di tangan, kami menuju platform Odakyu Line. Sebelum masuk ke platform, Daniel masih sempat beli apple pie panas yang tersedia di kios stasiun. Setelah sekitar 15 menit an menunggu, Odakyu Romance Car, masuk ke platform stasiun. Kereta ini bentuknya agak berbeda dengan kereta lokal, kepala lokomotifnya terlihat sudah lebih aero dinamis, tetapi belum seperti lokomotif Shinkansen yang seperti cocor kepala bebek. Interior Romance Car, terlihat hampir sama dengan interior Shinkansen, kebersihannya juga sama-sama sangat baik. Menurut jadwal di tiket perjalanan dari Shinjuku ke Hakone sekitar 1 jam dan 40 menit. Kenapa kereta ini disebut romance car, tidak jelas alasannya, saya tak mendapat kesan bahwa di kereta ini suasana romantis, suasana nya biasa saja seperti layaknya kereta di Jepang. Tapi pengelola kayaknya sengaja memberi judul demikian untuk mengundang rasa penasaran calon penumpang, termasuk saya.

Kereta Odakyu Romance Car berhenti di stasiun terakhir yaitu di Hakone Yumoto. Dari stasiun ini berpindah ke “kereta gunung” Hakone Tozan Train. Kereta gunung dengan bentuk gerbong kuno, kursinya berhadap-hadapan seperti kereta commuter di Jakarta. Interiornya biasa, tapi terlihat strukturnya kuat. Kalau soal kebersihan, jangan ditanya lagi, meski terkesan kuno, tapi kebersihan Hakone Tozan Train ini sama dengan kebersihan Shinkansen.

Namanya juga kereta gunung, kecepatan kereta ini memang lambat merambat di tepi gunung menuju titik yang lebih tinggi. Pagi itu, penumpang tidak banyak, di gerbong yang kami duduki, tak sampai 6 orang. Kereta bergerak merayap di tebing pegunungan. Di satu sisi tebing berbatu, di sisi lain lembah yang cukup curam, di kejauhan terlihat jalan berkelok-kelok. Ada dua titik dimana kereta berhenti dulu, untuk kemudian bergerak seolah “mundur”. Saya kira jalur kereta Tozan Train dirancang demikian, karena tebing sangat sempit, sehingga tidak mungkin rel dirancang memutar. Ada beberapa stasiun perhentian dimana penumpang bisa turun atau naik. Di beberapa tempat, terdapat bangunan berupa rumah atau penginapan di pegunungan. Perjalanan Hakone Tozan Train berakhir di stasiun Gora, di mana semua penumpang harus turun.

Karena saya dan Daniel sudah mempunyai Hakone Free Pas, tiket terusan yang berlaku untuk semua moda transportasi Hakone, kami berpindah menggunakan kereta kabel Hakone Tozan Cable Car ke stasiun Sounzan. Gerbong kereta ini mirip kereta biasa, ada penumpang duduk, ada juga penumpang berdiri. Kapasitas jumlah penumpang lebih kecil dari gerbong kereta biasa. Hanya saja jalur kereta sangat terjal, kemiringan jalur rel sekitar 30 sampai 45 persen, sehingga kereta ditarik dengan kabel.

Dari Sounzan, perjalanan dilanjutkan dengan Hakone Ropeway, kereta gantung yang mirip dengan yang ada di Ancol, Jakarta. Kereta gantung Hakone bisa menampung sekitar 10 orang. Kami naik dengan serombongan pemuda Jepang yang ngobrol sepanjang rute kereta gantung. Dari kereta gantung ini, kalau cuaca cerah, kita bisa melihat Mount Fuji di kejauhan, seperti foto berikut.

Karena saat itu masih akhir musim dingin, tumbuhan di pegunungan masih terlihat kecoklatan, daun hijau belum tumbuh, seperti foto di atas.

Dari Sounzan dengan dengan menggunakan Hakone Ropeway menuju Danau Ashi. Tapi berhenti dulu di titik Owakudani. Di lokasi ini terdapat restoran dan toko souvenir, dan tentu saja beberapa spot yang sangat instagramable untuk berfoto. Spot paling menarik adalah tempat di mana di kejauhan terlihat Gunung Fuji dengan “topping” salju abadi nya.

Cuaca pagi menjelang siang itu sebenarnya cerah, sehingga Gunung Fuji terlihat dengan jelas. Tetapi awan-awan besar menggelantung, sehingga sering kali Gunung Fuji terkadang tertutup awan.

Daniel di kereta gantung Hakone Ropeway

Kalau dari Sounzan ke Owakudani kereta gantung naik, maka menuju Lake Ashi, kereta gantung menurun. Pemandangan dari ketinggian tak terlalu menarik karena pepohonan, gunung, dan rerumputan masih berwarna coklat, daun-daun belum tumbuh, tidak ada warna hijau. Selang beberapa menit kereta gantung tiba di tepi danau. Perjalanan akan dilanjutkan dengan kapal “cruise” untuk menjelajah Lake Ashi yang tenang dimulai dari Togendai-ko.

Cruise mirip kapal portugis jaman baheula, menurut saya agak mirip dengan kapalnya Kapten Jack Sparrow dalam Pirate of Caribbean, walau tidak persis sama. Saya sempat berpikir kenapa kapal dirancang dengan model kuno, bukan kapal dengan desain modern. Mungkin pengelola Kawasan Hakone ingin memberi kesan unik bagi pengunjung yang datang ke tempat ini, entahlah.

Kapal nya cukup besar dengan dekorasi yang artistik, mirip kapal dari zaman kuno. Sepintas mirip kapal layar dengan tiang tinggi di tengah. Padahal layar di tiang-tiang tinggi tidak berkembang menggerakkan kapal. Saya sebenarnya ingin berdiri di anjungan untuk menikmati pemandangan danau. Sayangnya angin danau yang dingin berhembus menembus jaket yang tak seberapa tebal, dinginnya sampai terasa menusuk kulit. Akhirnya saya masuk ke ruangan dalam kapal dan cuma menyaksikan indahnya danau dari jendela.

Pelayaran dengan cruise sebenarnya tidak terlalu lama dari Togendai-ko ke Machi-ko, hanya ditempuh sekitar 30 – 40 menit saja. Tapi panorama di danau ini memang sangat indah, permukaan air yang sangat tenang, dengan air jernih terlihat kebiru-biruan.

Setiba di Hakone Machi-ko kami segera mencari tempat makan. Ada banyak pilihan restoran di pelabuhan ini. Kami memasuki restoran yang menyatu dengan penjualan aneka souvenir khas Jepang. Perut memang sudah seperti tak sabar lagi menunggu. Daniel memilih salah satu paket yang isinya, nasi putih, telur rebus, daging seperti masak saus lada hitam, tak lupa kuah misop. Penampakan makanannya seperti di bawah ini. Masakan hangat di iklim dingin ditambah rasa lapar, maka rasanya sangat nikmat, maknyuss….

Dari Hakone Machi-ko kami menumpang Tozan Bus ke Hakone Yumoto Station. Di Hakone Machi-ko ada terminal bus, dan penjualan tiket dilakukan melalui vending machine. Tidak berapa lama bus sudah masuk terminal dan kami segera naik. Perjalanan dengan bus tak kalah menarik, meski saya tidak dapat tempat duduk, tapi bus cukup longgar. Bus menyusuri jalan-jalan yang berkelok-kelok, melewati kawasan yang masih berhutan. Dari dalam bus, saya bisa melihat kereta gunung Tozan Train merayap di perbukitan, sementara jalan raya jauh di bagian bawah rel kereta. Sekitar 40 menit kemudian bus berhenti di stasiun Hakone Yumoto.

Perjalanan kembali ke Shinjuku, Daniel dan saya menggunakan Express Train, kereta umum yang hanya berhenti di stasiun tertentu. Sore itu, penumpang belum cukup ramai dari stasiun Hakone Yumoto. Tetapi dari stasiun perhentian pertama, penumpang baru banyak yang naik, sehingga gerbong yang saya tumpangi menjadi penuh. Kereta bergerak lagi, dan kemudian berhenti di salah satu stasiun. Kali ini berhentinya cukup lama, biasanya kereta berhenti di satu stasiun hanya sekitar 1-2 menit untuk naik dan turun penumpang. Kali ini sudah lebih dari 5 menit, kereta belum bergerak juga. Dari pengeras suara stasiun terdengar pengumuman yang tidak biasa, tentu saja dalam bahasa Jepang, sehingga saya tidak mengerti apa isi pengumuman. Satu persatu penumpang keluar dari kereta. Saya coba bertanya ke salah satu penumpang di dekat saya, tapi yang ditanya menjawab dalam bahasa Jepang, dia tak faham bahasa Inggeris, dan saya tak ngerti bahasa Jepang, jadi gak nyambung, dan saya tinggalkan dia.

Saya keluar dari kereta mendekati petugas yang ada di platform stasiun, saya bertanya pada petugas, apa isi pengumuman dan apa yang terjadi. Dia hanya menjawab dengan satu kata dalam bahasa Inggeris “accident“. Saya tanya seperti apa accident nya, dia menjelaskan dengan bahasa Jepang. Wadduh, ya repot, mana saya ngerti penjelasannya. Rupanya masih sulit juga komunikasi dengan Bahasa Inggeris di luar kota Tokyo. Untungnya ada seseorang yang mendengar pertanyaan saya, dia mencoba menjelaskan dengan bahasa Inggeris yang terbata-bata, bahwa ada kecelakaan kereta lain, sehingga kereta yang kami tumpangi tidak dapat meneruskan perjalanan, dan kami harus berganti ke kereta lainnya. Dia menjelaskan bahwa dia akan ke Tokyo, saya bilang bahwa saya akan ke stasiun Shinjuku. Lalu orang tersebut meminta saya menunggu kereta lain yang akan ke Shinjuku.

Cukup lama juga menunggu kereta jurusan Shinjuku. Saya sebenarnya heran, ternyata di Jepang masih ada juga kejadian accident, walaupun saya tidak tau dengan jelas seperti apa accident nya. Yang lebih membuat saya heran lagi, kecelakaan bukan pada kereta yang saya tumpangi dari Hakone Yumoto, tapi kenapa kereta itu tak dapat melanjutkan perjalanan. Mengapa saya harus berpindah kereta yang lain.

Karena berpindah-pindah kereta tersebut, dan akhirnya kami pakai kereta yang apa saja yang ada, yang penting tujuannya ke Shinjuku. Ada banyak sekali kereta yang melintas, saya tak berani menumpang sembarang kereta, kuatir tujuannya ke arah lain. Akhirnya setelah berpindah kereta 3 kali, sampai juga ke Shinjuku, tapi hari sudah hampir gelap. Capek juga menunggu di stasiun tanpa tau pasti kereta berikutnya yang bisa ditumpangi ke stasiun tujuan.

Saya benar-benar menjelajahi beberapa moda transportasi hari itu, dengan berganti-ganti walaupun di perjalanan pulang dari Hakone menjadi lebih lama. Pengalaman sehari yang cukup awesome di Hakone.

***

Oh ya, sebenarnya trip ke Hakone ini kami lakukan pada 14 Maret 2019 lalu, tapi baru sekarang sempat saya upload di blog ini.