Terus Belajar

Ketika perasaan ego tanpa disadari menyeruak pada diri seseorang, pada saat itu kita merasa kita mampu melakukan banyak hal. Apalagi kalau sudah pernah mencapai tingkatan tertentu dalam kehidupan, bukan hanya sekedar perasaan mampu, malahan tidak jarang muncul arogansi. Saya juga pernah merasakan hal itu. Tapi untung pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung saat ini mengingatkan dan membuktikan kepada saya bahwa arogansi tidak ada artinya dalam kehidupan ini.

Wabah Corona seolah menyetel ulang banyak hal, seakan memaksa kita kembali ke “default setting” kehidupan bahwa sesungguhnya manusia telah jauh melenceng dari jalur yang semestinya. Kita terperangkap pada gaya semu yang memang sengaja diciptakan untuk menjebak orang. Betapa tidak, ada banyak orang mau membayar 200 ml kopi seharga Rp.50.000 secara takeaway karena diberi label dengan merek tertentu. Padahal dengan merek lain, harga kopi seperti itu tak lebih dari 10 ribu rupiah saja. Gaya hidup hedonis menjebak orang menjadi tidak normal. Pandemi Covid-19 sesungguhnya mengajarkan banyak hal yang sesungguhnya terabaikan sebelumnya. Untuk kembali pada kehidupan yang hakiki, orang mesti terus belajar mulai dari hal yang sangat sederhana sampai yang mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi.

Saya merasa perlu untuk terus belajar segala sesuatu yang diperlukan dalam menjalani sisa umur yang diberikan Tuhan. Meski sudah melewati usia 62 tahun, kesadaran dan keinginan untuk terus belajar harus tetap dipelihara. Menjalaninya tidak semudah menuliskan kalimat ini. Terus belajar menjadi kebutuhan yang sebenarnya diperlukan oleh setiap orang. Itu pula sebabnya judul blog ini berubah dari “Belajar Sepanjang Masa” menjadi “Terus Belajar”. Mari belajar bersama-sama, Anda mungkin bisa menjadi guru yang sangat saya butuhkan untuk terus belajar.

Leave a comment