Mau ikut undangan atau ujian?

Image from Google

Tahun ini si bungsu kami akan menyelesaikan SMA. Seperti kebanyakan orang tua di negeri ini, menjelang anak tamat SMA dan mau masuk perguruan tinggi, maka dimulailah masa-masa kebingungan dan stres bagi orang tua. Bingung karena menyaksikan si anak, masih santai-santai saja, seolah tak masalah mau masuk perguruan tinggi mana. Kalau ditanya kenapa belajarnya masih belum serius, jawabnya enteng saja “Tenang aja pa, nanti aku belajar”. Orang tua jadi stres kalau nanti tidak diterima di PTN, masuk PTS  selain sudah mahal, belum tentu kualitasnya bagus. Saya termasuk orang tua yang berharap-harap cemas akan persiapan si bungsu yang mau ikut snmptn tahun 2012 ini.

Anak bungsu saya termasuk yang juga masih tenang-tenang saja, meski masa untuk ikut SNMPTN 2012 semakin dekat. Sejak tahun lalu, secara santai dan serius saya sudah mengingatkan bahwa persaingan masuk universitas semakin lama semakin ketat, hanya orang yang mempersiapkan diri dengan baik dan ulet yang bisa masuk PTN yang diinginkan. Kalau diingatkan begitu, dia mengiyakan, tapi tidak berapa lama kemudian belum terlihat persiapan yang sungguh-sungguh.

Begitu naik kelas XII, Dennis ikut les bimbingan belajar, yang kata pengelolanya bisa menjanmin masuk PTN. Dalam hati saya membatin, “ya masuk PTN yang mana dulu, kalau PTN yang jauh dan sayup-sayup tak terdengar, ya tidak perlu bayar mahal bimbingan belajar”. Di tempat bimbingan belajar itu, selain mata pelajaran yang akan diujikan di SNMPTN, ada juga pelajaran character building (CB),  yang dimaksudkan memotivasi siswa agar lebih fokus dan lebih bersemangat belajar.

Sistim penerimaan masuk perguruan tinggi negeri dari tahun-ke tahun masih mencari bentuk. Belum ada yang benar-benar mencerminkan standar yang bisa dijadikan acuan dari waktu ke waktu. Tahun ini semua PTN sudah diharuskan melaksanakan seleksi mahasiswa melalui dua jalur yaitu jalur undangan dan jalur ujian tulis. Tidak ada lagi jalur “mandiri” yaitu cara seleksi yang mengharuskan peserta membayar cukup tinggi bila lulus seleksi. Jalur undangan dilakukan dengan mendasarkan nilai siswa selama di SMA. Nilai raport sewaktu SMA menjadi pertimbangan utama dalam penerimaan mahasiswa baru.

Hanya saja jalur undangan belum menjelaskan dengan pasti bagaimana caranya memverifikasi nilai rapor yang dikeluarkan sekolah. Ada sekolah yang mengobral nilai pada siswanya, sementara sekolah lainnya ada yang ketat dan pelit memberi nilai.  Sebagai contoh, siswa Amir mendapatkan nilai 9 untuk pelajaran matematika dari sekolahnya , sementara siswa Budi, mendapat nilai matematika 8 dari sekolah yang berbeda dengan Amir. Budi berasal dari SMA favorit di kota besar, sementara Amir berasal dari sekolah yang sayup-sayup tak terdengar.  Kalau dengan metoda jalur undangan PTN, maka kemungkinan Amir yang lebih besar diterima ketimbang Budi. Kalau dibandingkan secara kualitatif, Budi lebih menguasai matematika dibanding Amir.

Sekarang ini, banyak sekolah-sekolah yang memberi nilai tinggi kepada muridnya bukan karena kemampuan murid menguasai mata pelajaran, tapi untuk menunjukkan bahwa sekolah tersebut mempunyai murid dengan nilai tinggi. Secara teoritis, sekolah-sekolah di akreditasi menjadi kategori A, B dan C. Semestinya sekolah dengan kualifikasi A mempunyai range penilaian yang sama. Artinya kalau nilai seorang siswa di sekolah dengan akreditasi A, akan mempunyai kualitas yang sama dengan sekolah lain yang masuk kategori A dimanapun berada dan bagaimanapun kondisinya. Tetapi penilaian terhadap akreditasi dan pemberian nilai kepada siswa bisa sangat subyektif. Untuk saat ini sangat sulit menilai kualitas suatu sekolah kalau hanya melihat akreditasinya.

Jalur ujian tulis, merupakan proses dimana calo mahasiswa harus mengikuti ujian yang dilaksanakan oleh Panitia SNMPTN secara nasional. Dalam ujian tulis, seleksi didasarkan pada hasil ujian yang dilaksanakan selama 2 hari. Nilai rapor selama SMA tidak diperhitungkan. Lulus atau tidaknya tergantung pada kemampuan menyelesaikan ujian selama 2 hari. Ibaratnya setelah mendaftar calon siswa tiba-tiba sakit pada hari ujian, maka akan kacaulah hasil ujiannya, dan tak bisa diharapkan lulus ujian.  Jalur ujian tulis masih mengikuti pola SNMPTN tahun sebelumnya. Tetapi bisa saja ada perubahan dalam sistem penilaian dan penentuan kelulusan.

Mau pilih jalur undangan atau jalur ujian tulis sebenarnya sangat tergantung kesiapan calon mahasiswa. Kalau jalur undangan, track record selama SMA menjadi dasar penentuan kelulusan. Artinya persiapan jalur undangan berlangsung selama 3 tahun penuh yaitu sejak kelas 10, kelas 11 dan kelas 12. Bila rapor selama tiga tahun bisa konsisten, dan selalu ada peningkatan, maka kesempatan untuk lulus menjadi lebih besar.  Sementara persiapan jalur ujian tulis, ibarat balapan mobil, masih bisa digas habis di lap terakhir. Tentu saja dari segi teori pendidikan, jalur undangan lebih dapat memberikan gambaran akan kemampuan siswa menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Dari segi waktu, bagi mereka yang diterima melalui jalur undangan, tidak akan bisa lagi ikut jalur ujian tulis. Karena pada hari pelaksanaan ujian tulis pada tanggal 12 dan 13 Juni 2012 nanti, pada hari itu juga peserta jalur undangan yang dinyatakan diterima harus mendaftar. Bila tidak mendaftar, maka dianggap mengundurkan diri.

Akan halnya anak saya Dennis, rencananya dia akan coba jalur undangan terlebih dulu dengan memilih jurusan yang diinginkan. Kalau lulus dan diterima, maka akan diteruskan. Seandainya melalui jalur undangan tidak lulus, maka harus ikut jalur ujian tulis. Semoga Dennis bisa mendapatkan hasil yang baik ditahap ini. Saya belum berani berandai-andai, saya akan berdoa agar Dennis bisa mendapatkan hasil yang dia inginkan.

***


Leave a comment